Senin, 28 November 2011

kota pontianak


Kota Pontianak adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Barat di Indonesia. Kota ini juga dikenal dengan nama 坤甸 (Pinyin: Kūndiān) oleh etnisTionghoa di Pontianak.
Kota ini terkenal sebagai Kota Khatulistiwa karena dilalui garis lintang nol derajat bumi. Di utara kota ini, tepatnya Siantan, terdapat monumen atauTugu Khatulistiwa yang dibangun pada tempat yang tepat dilalui garis lintang nol derajat bumi. Selain itu Kota Pontianak juga dilalui Sungai Kapuas yang adalah sungai terpanjang di Indonesia. Sungai Kapuas membelah kota Pontianak, simbolnya diabadikan sebagai lambang Kota Pontianak.

Kraton Kadriah Pontianak Kalimantan Barat



kraton Kadriah, kokoh hingga saat ini

 Kadriah, itulah nama istana dari kerajaan Pontianak, yang didirikan oleh Sultan Syarief Abdurrahman pada tahun 1771, yang bertempat di Kampung Dalam, Tanjung Hilir, Pontianak Utara.


Kini Istana itu di jadikan sebagai bangunan berharga bagi provensi Kalimantan Barat, yang juga di lindungi oleh Negara. Selain di jadikan bangunan yang berharga dan dilindungi, Kadriah juga di jadikan sebagai museum yang dibuka untuk umum, dengan tujuan memberi pengetahuan sejarah pada generasi-generasi saat ini.


Di kraton Kadriah yang megah itu, banyak sekali benda berharga yang tersimpan di dalamnya sebagai peninggalan sultan-sultan terdahulu. Dimulai dari depan istana, bila anda berkunjung kesana pasti anda akan disambut oleh gapura antic dari kayu Kalimantan (belian) yang berukuran cukup besar, gapura tersebut berwarna kuning terang dan di padu dengan warna hijau. Disana anda juga akan melihat tiang bendera bekas kerajaan pontianak, yang menjulang tinggi.

gapura menuju istana
Tak hanya 2 benda itu, benda-benda peninggalan sultan lainnya masih banyak, diantaranya adalah meriam yang bermacam-macam, dari ukuran mungil hingga besar, dan tersebar di sekitar istana, selain meriam ada juga yang paling menawan dari Kadriah yaitu, kaca seribu (thousand mirror) buatan perancis yang cukup besar, sehingga dapat membuat istana tampak megah. Di dalam ruang istana juga ada peninggalan-peninggalan, seperti foto-foto, lukisan-lukisan dan dokumen-dokumen terkait kerajan pontianak. Di istana Kadriah juga masih tersimpan singgasana bekas para sultan terdahulu, lengkap dengan singgasana buat putra-putrinya yang masih tertata dengan baik.

meriam kecil di depan istana

singgasana sang raja dan ratu
lukisan dan foto terkait kerajaan
Di istana Kadriah, anda juga diperbolehkan masuk ke dalam kamar tidur sultan, di ruang tidur ada sebuah kasur dan bantal buat sultan yang kesemuanya berwarna kuning, yang meruapakan lambing warna dari kerajaan melayu, di ruang tidur itu juga ada  Alquran tulisan tangan sultan, gelas-gelas keramik, dan foto-foto kerajaan pontianak.

tempat tidur sultan
Al Quran tulisan tangan sultan
Tak jauh dari istana kadriah, terdapat masjid Jami’ yang juga termasuk bangunan yang didirikan oleh sultan saat mendirikan kerajaan pontianak. Masjid Jami’ dan Istana Kadriah yang didirikan oleh sultan itu adalah bangunan yang kesemua bahan bangunannya itu adalah kayu belian atau kayu Kalimantan, kayu kebanggaan orang pontianak, yang faktanya, bila terkena air, kayu itu semakin kuat. Mungkin dari hal itulah, bangunan masjid jami’ dan kraton kadriah mampu berdiri kokoh hingga saat ini.

masjid Jami' yang tua dan kuat


TUGU KHATULISTIWA
Tugu Khatulistiwa atau Equator Monument berada di Jalan Khatulistiwa, Pontianak Utara, Provinsi Kalimantan Barat. Tugu Khatulistiwa merupakan ikon Kota Pontianak dan selalu dikunjungi masyarakat, terutama wisatawan yang datang ke Kota Pontianak.

 Adapun sejarah mengenai pembangunan Tugu ini dapat dibaca pada catatan yang terdapat di dalam gedung. Dalam catatan tersebut disebut bahwa pada bulan Maret 1928 telah datang rombongan expedisi internasional yang dipimpin oleh seorang ahli geografi berkebangsaan Belanda untuk menentukan titik/tonggak equator di kota Pontianak. Adapun bentuk dari tugu ini telah mengalami perubahan sebanyak 4 (empat) kali yaitu :
·        Tugu pertama dibangun tahun 1928 berbentuk tonggak dengan anak panah.
·        Tahun 1930 disempurnakan, berbentuk tonggak dengan lingkaran dan anak panah.
·        Pada tahun 1938 dibangun kembali dengan penyempurnaan oleh arsitek Silaban. Tugu asli tersebut dapat dilihat di dalam gedung.
·        Pada tahun 1990, kembali Tugu Khatulistiwa tersebut direnovasi dengan pembuatan kubah untuk melindungi tugu asli serta pembuatan duplikat tugu dengan ukuran lima kali lebih besar dari tugu aslinya. Peresmiannya pada tanggal 21 September 1991.
Bangunan tugu terdiri dari 4 (empat) buah tonggak kayu belian (kayu besi), masing-masing berdiameter 0,30 m dengan ketinggian tonggak bagian depan setinggi 3,05 m dan tonggak bagian belakang tempat lingkaran dan anak panah penunjuk arah setinggi 4,40 m.. Diameter lingkaran ditengahnya terdapat tulisan EVENAAR, tulisan plat dibawah anak panah tertera 109o 20' OLvGr menunjukkan letak berdirinya Tugu Khatulistiwa pada garis Bujur Timur.
Peristiwa penting dan menakjubkan di Tugu Khatulistiwa adalah saat terjadinya titik Kulminasi matahari, yaitu fenomena alam ketika matahari tepat berada di garis Khatulistiwa. Pada saat itu matahari tepat berada di atas kepala sehingga menghilangkan semua bayangan benda-benda di permukaan bumi. Pada peristiwa titik kulminasi tersebut, bayangan Tugu akan “menghilang” beberapa detik saat terkena sinar matahari, demikian juga dengan bayangan-bayangan benda-benda lain di sekitar tugu.
Peristiwa Titik Kulminasi Matahari terjadi 2 (dua) kali dalam setahun yaitu antara tanggal 21 sd. 23 Maret dan 21 sd. 23 September. Peristiwa alam ini menjadi event tahunan Kota Pontianak yang menarik minat wisatawan untuk datang ke Pontianak

Sejarah Meriam Khas Pontianak
Sejarah Permainan Meriam Karbit
Sejarah permainan tradisional warga Pontianak ini tak lepas dari sejarah berdirinya kota Pontianak. Saat berdirinya kota Pontianak tahun 1771. Saat itu pendiri kota Pontianak menembakkan meriam ke arah daratan yang katanya untuk menakuti dan mengusir kuntil anak yang banyak bergentayangan di daratan, tapi kalau menurut saya sih adalah untuk menakuti penduduk asli yang masih berada di tepian hutan….
Nah…untuk memperingati peristiwa ini, penduduk pun membuat meriam-meriam yang terbuat dari batang kayu besar yang disimbolkan sebagai meriam dan menembakkannya ke seberang sungai. Karena menjadi ritual tiap bulan Ramadhan, maka jadilah permainan ini tradisi yang tak terpisahkan dari budaya kota Pontianak.
Bagaimana kah Meriam Karbit ?
Meriam Karbit ini bukanlah meriam yang terbuat dari besi atau yang seperti kita lihat untuk peperangan, tapi hanya meriam yang terbuat dari kayu besar yang berdiameter sekitar 50 cm – 100 cm dan panjang antara 4 – 7 meter, yang dilubangi ditengahnya. Kemudian meriam ini diisi dengan air dan dimasukkanlah karbit sebagai mesiu nya. Karbit yang bereaksi dengan air akan menghasilkan gas yang jika disulut dengan api akan mengakibatkan ledakan. Untuk satu kali permainan paling tidak dibutuhkan sekitar 3-5 ons karbit. Suara ledakannya dapat menggoyangkan bangunan sekitar, bahkan memecahkan kaca-kaca rumah jika jarak antara meriam dengan rumah terlalu dekat.

1 komentar:

  1. tlong perbaiki dan rapikan lagi blognya, dan tlong update lg artikelnya...

    BalasHapus